TINJAUAN
PUSTAKA
A. Konsep Teori Diabetes Melitus
1.
Pengertian
diabetes melitus
Diabetes mellitus adalah penyakit kronis
yang kompleks yang mengakibatkan gangguan metabolisme karbohidrat, protein,
lemak dan berkembang menjadi komplikasi makrovaskuler, mikrovaskuler dan
neurologis. (Barbara C. Long, 2010)
Diabetes melitus merupaka suatu penyakit
menahun yang di tandai dengan kadar glukosa darah melebihi normal dan gangguan
metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang di sebabkan oleh kekurangan
hormon insulin secara relatif maupun absolut. Bila hal ini dibiarkan tidak
terkendali dpat terjadi komplikasi metabolik akut maupun kompplikasi vaskuler
jangka panjang baik mikroangiopati maupun makroangiopati (Darmono, 2011)
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelaianan
heterogen yang ditandai dengan kenaikan kadar glukosa dalam darah atau
hiperglikemia ( Brunner & Suddarth, 2002 )
2. Etiologi
Menurut ( Brunner & Suddarth, 2002 ) yaitu:
a.
Diabetes Melitus Tipe I
9
|
(
misalnya, infeksi virus) diperkirakan turut menimbulkan destruksi sel beta.
1) Faktor
genetik penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe 1 itu sendiri, tetapi
mewarisi suatu predisposisiatau kecendrungan genetic kearah terjadinya diabetes
tipe 1. kecendrungan genetic ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe
antigen HLA (human leucocyte antigen) tertentu.
2) Factor
imunologi pada diabetes tipe 1 terdapat
bukti adanya suatu respon otoimun. Respon ini merupakan respon abnormal
dimana anti bodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi
terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.
3) Faktor
Lingkungan penyelidikan juga sedang dilakukan terhadap kemungkinan
factor-faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel beta. Sebagai
contoh,hasil penyelidikan yang menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu
dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi sel beta.
b.
Diabetes Tipe II
Mekanisme
yang tepat yang menyebapkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin
pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Factor genetic diperkirakn
memegang peranan dalam proses terjadiya resistensi insulin. Selain itu terdapat
pula factor- factor resiko tertentu yang berhubungan dengan proses terjadiya
diabetes mellitus tipe II . factor-faktor ini adalah:
1) Usia
( resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun).
2) Obesitas
3) Riwayat
Keluarga
4) Kelompok
etnik ( di Amerika Serikat, golongan Hispanik serta penduduk asli Amerika
tertentu memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk terjadinya diabetes
mellitus tipe II dibandingkan dengan golongan Afro-Amerika).
3. Klasifikasi Diabetes
Melitus
Klasifikasi diabetes melitus yang utama
menurut ( Bruner dan Suddart, 2002). yaitu :
1. Tipe
I
Diabetes
Melitus Tergantung Insulin atau Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM).
2. Tipe
II
Diabetes
Melitus Tidak Tergantung Insulin atau Non Insulin Dependent Diabetes Melitus
(NIDDM).
4. Tanda Dan Gejala
Diabetes Melitus
Pada tahap diawal ditemukan gejala klinis berupa
polifagia, polidipsia, lemas dan berat badan menurun. Gejala yang mungkin
dikeluhkan pasien adalah kesemutan, gatal, mata kabur, dan impotensi pada pria,
serta pruritus vulva pad wanita ( Bruner dan Suddart, 2002).
5. Komplikasi
Menurut
( Bruner dan Suddart, 2002) komplikasi yaitu :
1. Akut
a. Koma
hipoglikemia.
b. Ketoasidosis.
c. Koma
hiperosmolar nonketotik.
2. Kronik
a. Makroangiapati,
mengenai pembuluh darah besar, pembuluh darah jantung, pembuluh darah topi,
pembuluh darah otak.
b. Mikroangiapati,
mengenai pembuuh darah kecil, retinopati diabetik, nefropati diabetik.
c. Neuropati
diabetic
d. Rentan
infeksi, seperti Tubercolosisparu gingifitis, dan infeksi saluran kemih, kaki diabetic
6. Diagnosis
Adanya kadar glukosa darah
meningkatkan secara abnormal merupakan kriteria yang melandasi penegakan
diagnosis diabetes. Kadar gula darah plasma pada waktu puasa ( gula darah
nuchter) yang besarnya diatas 140 mg/dl (SI: 7,8 mmol/L) atau kadar gula darah
sewaktu ( gula darah random) yang diatas 200 mg/dl ( SI: 11,1 mmol/1) pada satu
kali pemeriksaan atau lebih merupakan kriteria diagnosis penyakit diabetes
mellitus. Jika kadar gula darah puasanya normal atau mendekati normal,
penegakan diagnosis harus berdasarkan tes toleransi glukosa. ( Bruner dan
Suddart, 2002).
7. Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi diabetes adalah
mencoba menormalkan aktifitas insulin dan kadar glukosa darah dalam dalam upaya
untuk mengurangi terjadiya komplikasi vaskuler serta nuropatik. Tujuan teraupetik
pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal (
euglikemia) terjadinya hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas
pasien. ( Bruner dan Suddart, 2002)
Ada lima komponen dalam
penatalaksanaan diabetes: Diet, latihan, pemantauan, terapi, pendidikan.
Penanganan disepanjang perjalanan penyakit diabetes akan bervariasi karena
terjadiya perubahan pada gaya hidup ,
keadan fisik dan mental penderitanya disamping karena berbagai kemjuan dalam
metode terapi yang dihasilkan riset. Karena itu, penatalaksanan diabetes
meliputu pengkajiann yang konstan dan modifikasi rencana penanganan oleh
professional kesehatan disamping penyesuaian terapi oleh pasien sendiri setiap
hari. ( Bruner dan Suddart, 2002).
B.
Konsep teori senam
Senam merupakan aktivitas fisik yang dapat membantu mengoptimalkan
perkembangan anak. Gerakan-gerakan senam sangat
sesuai untuk mendapat penekanan di dalam program
pendidikan jasmani, terutama karena tuntutan
fisik yang dipersyaratkannya, seperti kekuatan dan daya tahan otot dari seluruh bagian tubuh. Di samping itu,
senam juga menyumbang besar pada perkembangan
gerak dasar fundamental yang penting bagi
aktivitas fisik cabang olahraga lain, terutama dalam hal bagaimana mengatur tubuh secara efektif dan efisien. (Andri Sumarni, 2013)
1.
Pengertian Senam Secara Umum
Senam yang dikenal dalam bahasa Indonesia sebagai salah satu
cabang olahraga, merupakan terjemahan langsung dari bahasa Inggris Gymnastics,
atau Belanda Gymnastiek. Gymnastics sendiri dalam bahasa aslinya
merupakan serapan kata dari bahasa Yunani, gymnos, yang berarti
telanjang. kata gymnastiek tersebut dipakai untuk menunjukkan kegiatan-kegiatan
fisik yang memerlukan keleluasaan gerak sehingga perlu dilakukan dengan telanjang
atau setengah telanjang. Hal ini bisa terjadi karena teknologi pembuatan bahan
pakaian belum semaju sekarang, sehingga belum memungkinkan membuat pakaian yang
bersifat lentur mengikuti gerak pemakainya. (Hidayat, 2014).
suatu latihan tubuh yang dipilih dan
dikonstruk dengan sengaja, dilakukan secara sadar dan terencana, disusun
secara sistematis dengan tujuan meningkatkan kesegaran jasmani, mengembangkan
keterampilan, dan menanamkan nilai-nilai mental spiritual. (Imam
Hidayat,2014)
senam dapat diartikan sebagai bentuk latihan tubuh pada lantai
atau pada alat yang dirancang untuk meningkatkan daya tahan, kekuatan,
kelentukan, kelincahan, koordinasi, serta kontrol tubuh. Jadi fokusnya adalah tubuh, bukan alatnya,
bukan pula pola-pola geraknya, karena gerak apapun yang digunakan, tujuan
utamanya adalah peningkatan kualitas fisik serta penguasaan pengontrolannya.
(Peter H. Werner 1994).
2.
Jenis Senam
Seperti juga kesulitan dalam memahami definisi dan arti senam,
maka bisa juga kesulitan lain timbul manakala kita ingin membagi senam ke dalam
jenis-jenisnya. Hal ini disebabkan oleh begitu banyaknya jenis kegiatan yang
bisa dikategorikan ke dalam senam, seperti senam si buyung, senam wanita, senam
bayi, senam pagi, senam kesegaran jasmani, senam jantung sehat dan lain-lain. (DR. Boyke Maulana, 2013)
pengelompokkan senam yang dilakukan oleh FIG (Federation Internationale de Gymnastique) yang di-Indonesiakan menjadi Federasi Senam Internasional. Menurut FIG, senam dibagi menjadi 6 kelompok yaitu:
a. senam artistik (artistic gymnastics)
b. senam ritmik sportif (sportive rhythmic gymnastics)
c. senam akrobatik (acrobatic gymnastics)
d. senam aerobik sport (sports aerobics)
e. senam umum (general gymnastics)
3.
Manfaat Senam
a.
Manfaat fisik
Senam adalah kegiatan utama yang paling bermanfaat dalam
mengembangkan komponen fisik dan kemampuan gerak (motor ability). Lewat berbagai kegiatannya, anak yang
terlibat senam akan berkembang daya tahan ototnya, kekuatannya, powernya,
kelentukannya, koordinasi, kelincahan, serta keseimbangannya. Apalagi jika
ditekankan pula kegiatan yang menuntut sistem kerja jantung dan paru (cardio-vaskular
system), program senam akan menyumbang pada perkembangan fisik yang
seimbang. Di samping itu, program senam dapat pula menyumbang pada pengayaan
perbendaharaan gerak para pesertanya.
Dasar-dasar senam akan sangat baik dalam mengembangkan pelurusan (alignment)
tubuh, penguasaan dan kesadaran tubuh secara umum, dan keterampilanketerampilan
senam. (Santoso, 2013)
b.
Manfaat
rohani
Dengan melakukan senam secara rutin bukan
hanya fisik kita yang menjadi sehat akan tetapi pikiran kita juga akan menjadi
tenang. Karena dengan melakukan aktifitas fisik bukan hanya otot yang dipaksa
untuk beraktifitas akan tetapi juga memacu kerja otak untuk berpikir sampai
mana kemampuan kita untuk melakukan aktifitas tersebut. (Santoso, 2013)
4.
Ruang Lingkup Senam
Salah satu hambatan yang sering ditemui oleh guru penjas dalam
mengajarkan senam di sekolah adalah gambaran bahwa senam itu begitu sulit serta
memerlukan peralatan khusus yang lengkap.
Gambaran demikian timbul dari pengertian para guru yang menghubungkan
arti senam pada senam yang selalu dipertandingkan pada PON atau olimpiade. Jika itu yang dimengerti oleh guru, jelas
senam memang sulit, karena senam demikian bukan untuk anak-anak sekolah. (Jhon, 2008)
5. Prasyarat Kualitas Fisik dan Motorik
a.
Kualitas Fisik
Kualitas-kualias fisik seperti kelentukan, kekuatan, power dan
daya tahan merupakan faktor penting yang harus dimiliki oleh pesenam untuk
dapat berhasil dalam meguasai senam. Hal tersebut mengandung arti bahwa tanpa
adanya faktor-faktor di atas maka prestasi senam seseorang akan terhambat.
Dalam hal ini kualitas fisik yang dimaksud perlu dibedakan antara kualitas
fisik pembawaan (nature ) dan kualitas fisik yang terkembangkan oleh
latihan. (Jhon, 2008)
b.
Kelentukan
(flexibility)
Kelentukan adalah salah satu komponen fisik yang sangat penting
dalam kaitannya dalam prestasi senam. Dalam bahasa Inggris, istilah flexibility
sering juga dipersamakan dengan suppleness dan joint mobility, yang artinya adalah :
“jarak kemungkinan gerak dari suatu persendian atau kelompok sendi”. Artinya,
seberapa besar jarak yang dicapai, semakin baik kelentukan dari sendi itu. Jarak gerak ini dapat dibedakan menjadi dua
macam. Pertama, jarak pasif, yaitu seberapa jauh suatu anggota tubuh dapat
digerakkan oleh kekuatan luar seperti pasangan atau tekanan tertentu. Kedua,
jarak aktif, yaitu seberapa jauh anggota tubuh dapat digerakkan oleh kekuatan
otot dirinya sendiri Kelentukan adalah
kualitas spesifik, yang menyatakan bahwa seseorang bisa jadi fleksibel dalam
salah satu persendiannya tetapi tidak dalam sendi yang lain. Begitu juga dalam
hal perkembangannya, dimana satu persendian lebih cepat merespon pada latihan
stretching dari pada yang lainnya. (Jhon, 2008)
c.
Kekuatan
(strength)
Kekuatan adalah sejumlah daya yang dapat dihasilkan oleh suatu
otot ketika otot itu berkontraksi.
Kekuatan dapat ditingkatkan dengan menam bah beban yang bisa diatasi otot
secara progesif sehingga otot tersebut
menyesuaikan kekuataannya pada beban itu dengan cara menambah ukurannya yang diistilahkan dengan hyper
trophy. Dengan pengertian tersebut, tidak digunakannya otot untuk masa
tertentu bisa berarti penurunan ukuran otot yang bersangkutan, yang umumnya
disebut dengan istilah antropy, yang
berarti menurunnya kekuatan.
Dilihat dari jenis kontraksinya pada saat melatih kekuatan otot,
maka jenis latihan kekuatan
dapat dibedakan menjadi dua macam latihan. Jika otot tersebut dilatih dengan gerakan yang menyebabkan terlihat memanjang dan
memendek, maka latihan tersebut disebut
latihan jenis isotonis sedangkan
jika pada otot yang dilatih tersebut tidak
terlihat adanya gejala pemanjangan dan pemendekan yang jelas, latihan tersebut dinamakan latihan isometris. (Iso artinya sama, tonis artinya tegangan, metris artinya panjang). (Jhon, 2008)
d.
Daya Ledak (Power)
Power adalah kombinasi dari kekuatan dan kecepatan. Kekuatan
mengukur kemampuan untuk mengangkat bebannya dan kecepatan mengukur kecepatan
untuk mengangkat beban itu. Untuk menampilkan sejumlah kerja berat secara cepat
memerlukan power. Misalnya melakukan pull-ups dengan baik memerlukan kekuatan,
tetapi melakukan pull-ups dengan cepat memerlukan power. (Jhon, 2008)
e.
Daya Tahan (Endurance)
Daya tahan dapat menunjuk pada kemampuan cardio respiratory
(jantung dan paruparu) Atau pada Daya tahan otot (muscular
endurance). Untuk keperluan pembelajaran senam, maka kita hanya akan membatasi
pembahasan ini pada diskusi tentang daya tahan otot yang dapat dianggap sebagai
kemampuan untuk menahan kelelahan otot atau kemampuan untuk bertahan lama dalam
kegiatan olahraga. Daya tahan otot tidak begitu penting dalam penampilan aktual dari
keterampilan senam. Ia hanya penting untuk bisa bertahan dalam kegiatan senam,
baik latihan maupun pertndingan, yang memakan waktu lama. Ketika melakukan atau
mempelajari keterampilan, seseorang harus melakukan banyak ulangan terus
menerus. Dengan daya tahan otot yang baik, waktu latihan yang lebih lama akan
dapat ditempuh dan sedikit waktu istirahat yang diperlukan. (Jhon, 2008)
f.
Atribut Motorik
Kemampuan motorik yang menunjang terhadap pelaksanaan senam sangat
banyak, di antaranya adalah kelincahan (agility), koordinasi, kecepatan,
keseimbangan, dll. Kesemua atribut motorik tersebut dapat ditingkatkan melalui
keikutsertaan dalam olahraga senam, dan sebaliknya kemampuan tersebut harus
secara spesifik ditingkatkan agar mampu memperbaiki penampilan dalam senam.
Dari kesemua kemampuan motorik tersebut, hanya keseimbangan dan orientasi ruang
lah yang akan dibahas dalam bagian ini. (Jhon, 2008)
g.
Keseimbangan (balance)
Keseimbangan adalah istilah yang digunakan untuk menerangkan
kemampuan atau ketidakmampuan seseorang untuk memelihara equilibrium,
baik yang bersifat statis seperti dalam posisi diam, bisa juga bersifat dinamis
seperti pada saat melakukan gerakan lokomotor.
Keseimbangan Adalah hal yang paling jelas bahwa unsur keseimbangan
merupakan salah satu
aspek yang paling penting dalam olahraga senam. Banyak keterampilan senam sangat tergantung pada kualitas keseimbangan dan
hakikat beberapa peralatan senam pun membuat
pelaksanaan gerakannya sangat ditentukan oleh
kemampuan keseimbangan yang di atas rata-rata. (Jhon, 2008)
Orientasi Ruang (spatial orientation)
Orientasi Ruang adalah kemampuan seseorang untuk bisa merasakan
dan berfungsi dalam situasi-situasi seperti:
a.
Posisi
tubuh terbalik
b. Posisi tubuh berputar
c.
Posisi
tubuh pada ketinggian
d. Posisi tubuh pada saat melayang
Keselamatan dalam senam bergantung pada pengetahuan pesenam
tentang di mana dirinya berada. Pelaksanaan dari keterampilan yang banyak itu
benar-benar ditentukan oleh timing yang benar tentang aksi beberapa otot selama
menampilkan keterampilan itu. Jika pesenam lebih sadar tentang apa yang
dilakukan tubuh, di mana tubuh dalam ruangnya, di manakah anggota tubuh dalam
hubungannya dengan posisi tubuh, maka akan semakin tepatlah ia dalam
memodifikasi keterampilan yang diinginkan. Kemampuan ini ditentukan dalam
banyak hal oleh indra kinestetik yang terdiri
dari dua komponen anatomis utama: sistem vestibular
(vestibular system) dan sistem proprioceptive. Yang pertama terdiri dari kanal
semisirkular di dalam telinga bagian tengah yang berperan memonitor posisi
tubuh dalam ruang, sedangkan sistem yang kedua terdiri dari reseptor sensoris
yang banyak dalam otot-otot, tendon, serta ligamentum yang memonitor posisi
bagian
tubuh ketika bergerak. Seperti juga indra-indra lainnya, indra
kinestetik merespons pada latihan, dengan
ketentuan bahwa kterlibatan yang tinggi akan meningkatkan kepekaan. Artinya,
orang-orang yang tidak akrab dengan gerakan-gerakan membalik serta berputar akan
mudah kehilangan orientasi, bahkan bisa muntah-muntah ketika badannya dibalik
diputar. (Jhon,
2008)
C.
Konsep Teori Senam Diabetes
1.
Pengertian
Senam diabetes adalah senam fisik yang dirancang menurut
usia dan status fisik dan merupakan bagian dari pengobatan diabetes
mellitus (Persadia, 2014). Penggunaan olah raga dalam pengobatan diabetes mellitus
sudah bukan hal yang baru, dan justru dipergunakan sebelum ditemukannya insulin
pada tahun 1921. WHO (1985) dalam laporannya mengenai mellitus mengatakan bahwa
aktivitas fisik yang dirancang menurut usia dan status fisik merupakan bagian
penting dalam pengobatan diabetes mellitus. Senam mempunyai efek menaikkan aksi
insulin di jaringan, sehingga kebutuhan akan insulin menurun. (WHO, 2010)
Sebenarnya senam diabetes adalah suatu bentuk modifikasi
bentuk senam modern dari senam kaki diabetes, dimana dalam senam diabetes
terdapat pula gerakan dan hentakan-hentakan kaki yang terdapat pada senam kaki
diabetes. Tujuannya yaitu untuk memaksa kadar glukosa dalam darah untuk
termetabolisme menjadi energi dan mengurangi tingkat pemakaian insulin di dalam
tubuh secara optimal. (Andri Sumarni, 2013)
Senam kesehatan diabetes di buat oleh tim ahli yang
terdiri dari tiga dokter spesialis rehabilitasi, penyakit dalam, dokter
spesialis kesehatan olahraga, ahli gizi dan sanggar senam. Gerakan-gerakan yang
terdapat pada senam diabetes cukup banyak, sehingga dapat mengola semua organ
tubuh manusia mulai otak hinga ujung kaki.seba, dampak dari penyakit diabtes
melitus menyerang seluruh tubuh. Dampak yang paling ringan adalah kaki
kesemutan sedangkan yang terparah ialah stroke. (prof.santosa giriwijoyo, 2012)
2.
Manfaat senam
bagi penderita diabetes
Selain bisa
untuk membantu menurunkan dan mengontrol gula darah senam diabetes juga sangat
bermanfaat untuk menjaga kesehatan organ-organ lain, seperti jantung, tulang,
paru-pau dan lain-lain.(WHO, 1921, dikutip agustus 2015)
Kushartanti
(2010), menjelaskan terdapat beberapa manfaat dari melakukan senam diabetes,
yaitu :
a.
Jantung
Otot jantung bertambah kuat dan
bilik jantung bertambah besar sehingga denyut kuat dandaya tampung besar, kedua
hal ini akan meningkatkan efisiensi kerja jantung. Dengan efisiensi kerja yang
tinggi jantung tidak perlu berdenyut terlalu sering.
b.
Pembuluh darah
Elastisitas pembuluh darah akan
bertambah, karena berkurangnya timbunan lemak dan penambahan kotraktilitas otot
dinidng pembuluh darah. Elastisita spembuluh darah yang tinggi akan
memperlancar jalannya darah dan mencegah timbulnya hipertensi.
c.
Paru-paru
Elastisitas paru-paru akan
bertambah sehingga kemampuan berkembang kempis juga akan bertambah.
d.
Otot
Kekuatan, kelentukan dan
kekuatan otot akan bertambah. Hal ini disebabkan karena bertambah besarnya
serabut otot dan meningkatnya sistem penyedian energi di otot.
e.
Tulang
Penambahan aktifitas enzim pada
tulang akan meningkatkan kekuatan, kepadatan dan besarnya tulang selain itu
juga dapat mencegah pengeroposan tulang.
Senam merupakan salah satu terapi utama bagi penderita
diabetes melitus, karena dapat meningkatkan sensitifitas insulin pada penderita
diabetes melitus tipe II dan penderita gangguan toleransi glukosa. (Devlin
1992).
3.
Tekhnik senam diabetes
Gerakan inti pada senam diabetes : (Andri Sumarni, 2013)
Gerakan senam diabetes terdiri dari 7 langkah dasar,
dimana tiap-tiap gerakan terdiri dari 8 kali hitungan dan 3 kali pengulangan :
a.
Berdiri tegap,
jalan di tempat kemudian angkat tangan kanan di letakan ke bahu kiri begitupun
sebaliknya sambil menghitung dimana sampai hitungan keempat kedua tangan di
hempas kebawah kemudian lanjut sampai kedelapan
b.
Untuk langkah ini
terdapat 2 gerakan yaitu :
1)
Melangkah kekanan
dua kali, sambil tangan diangkat seperti mengangkat barbel.
2)
Masi melangkan
kesamping, kemudian kedua tangan diletakan diletakan didepan wajah tapi ditekuk
90o, kemudian regangkan kearah samping ditiap kali hitungan sambil
melangkah.
c.
Untuk langkah ini
terdapat tiga gerakan dimana untuk
gerakan pertama melangkah kesamping dua kali, tangan ditekuk 15o
disamping wajah kemudian naik turunkan secara bergantian dan gerakan yang kedua
hanya mendorong kesamping diikuti gerakan tangan kearah yang sama dimana kaki
menendang.
d.
Untuk langkah ini
dimana tiap gerakan maju selangkah dan mundur selang selebar bahu untuk membuat
gerakan ini.
1)
Maju kaki kiri, diikuti
tangan kiri kesampindan tangan kanan diletakan di depan dada, dan lakukan
sebaliknya secara bergantian.
2)
Melangkah maju
selebar bahu, dan tangan di tekuk didepan seperti mengangkat barbel
e.
Untuk langkah ini
terdapat 4 gerakan
1)
Maju kaki kiri,
angkat lutut rata dengan perut dan tangan kiri dihempas kekiri, begitupun
sebaliknya, sampai hitungan kedelapan.
2)
Masi maju dengan
gerakan yang sama, tapi kedua tangan diletakan 90o kesamping badan
kemudian dinaik turunkan seirama dengan langkah kaki
3)
Melangkah kenan dan
kekiri, posisi tangan kiri diletaka di peinggang sedangkan kanan dihempas
ditiap hitungan
4)
Buka kaki selebar
bahu kemudian tekuk kedalam secara bergantian dan tangan ditekuk pula kedalam
ditiap hitungan
f.
Didalam langkah ini
terdapat 3 gerakan yaitu :
1)
Maju kedepan
duakali dan dorong kedua tangan kedepan, mundur dua kali dan tangan di dorong
kebawah
2)
Buka kaki kanan
selebar bahu tekuk secara kontinue ditiap hitungan dan tangan kanan menunjuk
kearah atas begitupun sebaliknya
3)
Melngkah kesamping
1 kali dan tangan didorong keatas
g.
Terdiri dari 3
gerakan yaiut :
1)
Melangkah kesampin
dua kali dan kedua tangan ditekuk secara bergantian didepan dada
2)
Masi dalam langkah
kaki yang sama akan tetapi tangan diputar dua kali di depan dada, kii dan kanan
mengikuti langkah kaki
3)
Jalan ditempat
perlahan kemudian angkat kedua tangan dari arah samping ke arah depan
D.
Konsep
Dasar Keluarga
1.
Pengertian
Keluarga
Keluarga adalah unit
terkecil dari masyarakat yang terdiri dari atas kepala keluarga dan beberapa
orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah suatu atap dalam
keadan saling ketergantungan ( Depkes RI, 1988).
Friedman (1998)
mendefinisikan keluarga sebagai suatu system social. Keluarga merupakan sebuah
kelompok kecil yang terdiri dari individu-individu yang memiliki hubungan erat
satu sama lain, saling tergantung yang diorganisir dalam satu unit tunggal
dalam rangka mencapai tujuan tertentu.
(Buurgess
1963 dalam Friedman 1998), ciri-ciri keluarga berdasarkan orientasi
tradisional, adalah:
a. Keluarga
terdiri dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan, darah dan
ikatan adopsi.
b. Para
anggota keluarga bisanya hidup bersama-sama dalam satu rumah tangga, atau jika
mereka hidup secara berpisah mereka tetap menganggap rumah tangga tersebut
sebagai rumah mereka.
c. Anggota
keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dalam peranan-peranan
sosial keluarga seperti suami istri, ayah dan ibu, anak laki-laki dan
perempuan, saudara dan saudari.
d. Keluarga
sama-sama menggunakan kultur yang diambil dari masyarakat dengan beberapa ciri
unik tersendiri.
Menurut UU No. 19 Tahun 1992 tentang perkembangan
kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera, keluarga adalah unit terkecil
dari masyarakat yang terdiri dari suami istri da anaknya, atau ibu dan anaknya
(Suprajitno, 2004).
2.
Tipe
Keluarga
Menurut
Friedman (1986), dan Effendy (1998), menyatakan adanya beberapa tipe/bentuk
keluarga lain :
a. keluarga
inti (Nuclear Family), adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak.
b. Keluarga
besar (extended family), adalah kelurga inti ditambah dengan sanak saudara,
seperti nenek, kakek, keponakan, dan sebagainya.
c. Kelurga
berantai (serial family), adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan pria
yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.
d. Keluarga
duda atau janda (single family), adalah keluarga yang terdiri dari perceraian
dan kematian.
e. Keluarga
berkomposisi (composite), adalah keluarga yang perkawinannya berpoligami dan
hidup secara bersamaan.
f. Keluarga
kabitas (chabitation), adalah dua orang yang menjadi satu tanpa pernikahan
tetapi membentuk satu keluarga.
3.
Struktur
Keluarga
Menurut Mubarak (2006), struktur keluarga terdiri
dari :
a. Patrilineal
adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa
generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ayah.
b. Matrilineal
adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dari beberapa
generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ibu.
c. Matrilokal
adalah sepasang suami-istri yang tinggal bersama sedarah istri.
d. Patrilokal
adalah sepasang suami-istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.
4.
Fungsi
Keluarga
Secara umum fungsi keluarga yang dikemukakan oleh
Friedman (1998), adalah sebagai berikut :
a. Fungsi
efektif adalah fungsi yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk
mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain. Fungsi ini
membutuhkan untuk perkembangan individu dan psikososial anggota keluarga.
b. Fungsi
sosialisasi dan tempat bersosialisasi adalah fungsi mengembangkan dan tempat
melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk
berhubungan dengan orang lain.
c. Fungsi
repdoduksi adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan
keluarga.
d. Fungsi
ekonomi yaitu keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara
ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu, meingkatkan
penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
e. Fungsi
keperawatan / pemeliharaan kesehatan yaitu : fungsi untuk mempertahankan
keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi.
5.
Peranan
Keluarga
Sehubungan dengan fungsi keluarga, maka peranan
keluarga juga diutamakan dalam kegiatan keluarga terutama peran ayah dan ibu.
Seperti yang dinyatakan oleh Mubarak, (2006), adalah sebagai berikut :
a. Peran
Ibu
Ditinjau
dari segi kehidupan secara keseluruhan, ibu berperan sebagai satu rumah tangga
yang dapat mengemudikan keluarga. Peran ibu dalam keluarga antara lain mengatur
situasi keluarga, keharmonisan, kerukunan yang dapat mewarnai keluarga dalam
hubungan tertentu. Dalam hubungan dengan anak : ibu berperan sebagai seorang
yang mempunyai kaitan yang pertama. Dalam kehidupan anak, ibu merupakan kasih
sayang yang abadi.
b. Peranan
Ayah
Dalam
kehidupan sehari-hari ayah berperan sebagai kepala keluarga bersama ibu untuk
menjaga kelangsungan hidup keluarga. Peran ayah dalam kehidupan keluarga adalah
sebagai suami, ayah dari anak-anaknya, perncari nafkah, pendidik, pelindung dan
sebagai anggota masyarakat.
6.
Tugas
Keluarga
Menurut
Friedmen dalam Effendy, (1998), tugas dari keluarga yaitu mengenal gangguan
perkembangan keadaan setiap anggota keluarga, mengambil keputusan untuk
tindakan yang tepat, memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang tidak
dapat membantu diri karena cacat atau uianya terlalu muda, mempertahankan
suasana dirumah yang menguntungkan untuk kesehatan dan kepribadian anggota
keluarga, mempertahankan hubungan timbal balik antara anggota keluarga dan lembaga-lembaga
kesehatan. Ini menunjukan pemanfaatan dengan baik akan fasilitas-fasilitas
kesehatan.
7.
Tahap
Perkembangan Keluarga
Pembagian tahap perkembangan menurut Suprajitno
(2004).
Tabel
2
Tugas Perkembangan
Keluarga Sesuai Tahap Perkembangan
Tahap Perkembangan
|
Tahap Perkembangan
(Utama)
|
1.
Keluarga baru menikah
|
a. Membina
hubungan intim yang memuaskan.
b. Membina
hubungan dengan keluarga lain, teman, dan kelompk sosial
c. Mendiskusikan
rencana memiliki anak
|
2. Keluarga
dengan anak baru lahir
|
a. Mempersiapkan
diri menjadi orang tua
b. Adaptasi
dengan perubahan adanya anggota keluarga, hubungan seksual
c. Mempertahankan
hubingan dalam rangka memuaskan pasangannya
|
3. Keluarga
dengan anak usia prasekolah
|
a. Memenuhi
kebutuhan anggota keluarga, misalnya : kebutuhan tempat tinggal, privasi dan
rasa aman
b. Membantu
anak untuk bersosialisasi
c. Pembagian
tanggung jawab anggota keluarga
d. Merencanakan
kegiatan untuk pertumbuhan dan perkembangan anak
|
4. Keluarga
dengan anak usia sekolah
|
a. Membantu
mensosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, sekolah, dan lingkungan
lebih luas
b. Mempertahankan
keintiman pasangan
c. Mempunyai
kebutuhan yang meningkat, termasuk biaya kehidupan dan kesehatan anggota
keluarga.
|
5. Keluarga
dengan anak remaja
|
a. Memberikan
kebebasan yang seimbang dan bertanggung jawab mengingat remaja adalah seorang
dewasa muda dan memiliki otonomi
b. Mempertahankan
hubungan intim dalam keluarga
c. Mempertahankan
kominikasi terbuka antara anak dan orang tua. Hindarkan terjadinya
perdebatan, kecurigaan dan permusuhan.
d. Mempersipkan
perubahan sistem peran dan peraturan (anggota) keluarga untuk memenuhi
kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga
|
6. Keluarga
melalui pelepasan anak sebagai dewasa
|
a. Memperluas
jaringan keluarga dari kleuarga inti menjadi keluarga besar
b. Mempertahankan
keintiman keluarga
c. Membantu
anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di masyarakat
d. Penataan
kemabali peran orang tua.
|
7. Keluarga
usia pertengahan
|
a. Mempertahankan
kesehatan individu dan pasangan usia pertengahan
b. Memeprtahankan
hubungan yang serasi dan memuaskan dengan anak-anaknya dan sebayanya
c. Meningkatkan
hubungan keakraban pasangan
|
8. Keluarga
lanjut usia
|
a. Mempertahnkan
suasana kehidupan rumah tangga yang saling mneyenangkan pasangannya
b. Adaptasi
dengan perubahan yang akan terjadi, kehilangan pasangan, kekuatan fisik dan penghasilan
keluarga
c. Mempertahankan
keakraban pasangan yang saling merawat
d. Melakukan
life review masa lalu
|
Sumber :
Suprajitno, 2004
8.
Tujuan
Perawatan Kesehatan Keluarga
Tujuan perawatan keluarga menurut Effendy (1998),
adalah :
a. Tujuan
Utama
Untuk
meningkatkan kemampuan keluarga dalam memelihara kesehatan keluarga mereka
sehingga dapat meningkatkan kesehatan keluarga.
b. Tujuan
Khusus
1) Meningkatkan
kemampuan keluarga dalam mengidentifikasi masalah kesehatan yang dihadapi.
2) Meningkatkan
kemampuan keluarga dalam menanggulangi masalah kesehatan dasar dalam keluarga
3) Mengambil
keputusan yang tepat dalam mengatasi masalah kesehatan para anggota keluarganya
4) Meningkatkan
kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap anggota
keluarga sakit dan dalam mengatasi masalah kesehatan keluarganya
5) Meningkatkan
produktivitas keluarga dalam meningkatkan mutu hidupnya.
E. Konsep Asuhan
keperawatan keluarga
1. Pengertian
Asuhan keperawatan
keluarga adalah metode ilmiah yang digunakan secara sistimatis untuk mengkaji
dan menentukan masalah kesehatan dan keperawatan keluarga, merencanakan asuhan
keperawatan, dan melaksanakan intervensi keperawatan terhadap keluarga sesuai
dengan rencana yang telah disusun dan mengevaluasi mutu hasil asuhan
keperawatan yang dilakukan terhadap keluarga (Effendy 1998).
Proses keperawatan adalah metode kerja dalam
pemberian pelayanan keperawatan untuk menganalisa masalah pasien secara
sistematik, menentukan cara pemecahannya, melaksanakan tindakan dan
mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilaksanakan (Effendy, 1995).
2. Tahap-tahap
dalam proses keperawatan keluarga
Tahap-tahap dalam
proses keperawatan bergantung satu sama Yang lainnya dan bersifat dinamis, dan
disusun secara sistematis untuk mengambarkan dari tahap yang satu ke tahap yang
lain, dengan tahap-tahap sebagai berikut:
a. Pengkajian
Pengkajian adalah merupakan tahapan
terpenting dalam proses keperawatan, mengingat pengkajian sebagai awal bagi
keluarga untuk mengidentifikasi data-data yang ada pada keluarga (Setiawati,
2008)
Yang termasuk dalam tahap ini adalah:
1) Pengumpulan
data
Proses pengumpulan data diperoleh
melalui, proses wawancara/anamnese, pengamatan/observasi, pemeriksaan fisik
dengan cara: inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi (Effendy, 1998).
2)
Analisa data
Analisa data merupakan kegiatan
pemilahan data dalam rangka proses klarifikasi dan validasi informasi untuk
mendukung penegakkan diagnosa keperawatan keluarga yang akurat.
(Effendy, 1998).
3) Perumusan
masalah
Rumusan masalah
kesehatan keluarga dapat menggambarkan keadaan kesehatan keluarga dan status
keluarga, karena merupakan hasil dari pemikiran dan pertimbangan yang akurat
tentang situasi kesehatan lingkungan, norma, nilai, kultur, yang dianut oleh
keluarga tersebut yang diambil berdasarkan hasil analisa konsep, prinsip, teori
dan standar yang dapat dijadikan acuan dalam menganalisa sebelum mengambil
keputusan tentang masalah kesehatan keluarga, yang mengacu kepada tipologi
masalah kesehatan keluarga dalam melaksanakan tugas-tugas dalam bidang
kesehatan (Effendy, 1995).
b. Diagnosa
keperawatan keluarga, dan prioritas diagnosa keperawatan keluarga.
1) Diagnosa
keperawatan keluarga
Diagnosa keperawatan keluarga merupakan
kumpulan pernyataan dari uraian hasil wawancara, pengamatan langsung dan
pengukuran menggunakan status kesehataan mulai dari potensial, resiko tinggi,
sampai masalah aktual. Masalah keperawatan aktual memberikan gambaran tanda dan
gejala yang jelas yang mendukung bahwa masalah benar-benar terjadi, masalah
resiko ditunjukkan dengan data yang mengarah pada timbulnya masalah kesehatan
bila tidak segera ditangani, dan masalah potensial/sejahtera adalah merupakan
status kesehatan berada pada kondisi sehat dan ingin meningkatkan lebih optimal
(Setiawati, 2008).
Diagnosa keperawatan ditegakkan menurut
Setiawati (2008) adalah:
Untuk penyebab atau etiologi dalam
perumusan diagnosa keperawatan model single diangkat dari 5 tugas keluarga
antara lain :
a) Ketidakmampuan
keluarga mengenal masalah kesehatan
b) Ketidakmampuan
keluarga mengambil keputusan
c) Ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluarga
d) Ketidakmampuan
keluarga memodifikasi lingkungan
e) Ketidakmampuan
keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada
2) Diagnosa
keperawatan keluarga pada masalah lingkungan
a) Kerusakan
penatalaksanaan pemeliharaan rumah
b) Resiko
terhadap cedera/ketidakmampuan keluaga
merawat anggota keluarga
c) Resiko
terjadi infeksi
3) Diagnosa
keperawatan keluarga dengan masalah struktur
komunikasi
a) Komunikasi
keluarga disfungsional
4) Diagnosa
keperawatan keluarga dengan masalah struktur peran
a)
Berduka dan antisipasi
b)
Berduka disfungsional
c)
Isolasi sosial
5)
Perubahan dalam proses
keluarga (dampak orang sakit terhadap keluarga)
a)
Potensial peningkatan
menjadi orang tua
b)
Perubhan mnjadi orang
tua
c)
Perubahan penampilan
peran
d)
Kerusakan
penatalaksanaan pemeliharaan rumah
e)
Gangguan citra tubuh
6) Dianosa
keperawatan keluraga pada masalah afektif
a)
Peubahan proses kelurga
b)
Perubahan menjadi orang
tua
c)
Potensial peningkatan
menjadi orang tua
d)
Koping keluarga tidak
efektif, menurun
e)
Koping keluarga tidak
efektif, ketidakmampuan
f)
Resiko terhadap tindak
kekerasan
7) Diagnosa
keperawtan keluarga dengan masalah fungsi sosial
a)
Perubahan proses
keluarga
b)
Perilaku mencari
bantuan kesehatan
c)
Konflik peran orang tua
d)
Perubahan menjadi orang
tua
e)
Potensial peningkatan
menjadi orang tua
f)
Perubahan pertumbuhan
dan perkembangan
g)
Perubahan pemeliharaan
kesehatan
h)
Kurang pengetahuan
i)
Isolasi social
j)
Kerusakan interaksi
social
k)
Resiko terhadap
tindakan kekerasan
l)
Gangguan identitas diri
8) Diagnosa
keperawatan dengan masalah fungsi perawatan kesehatan
a)
Perubahan pemeliharaan
kesehatan
b)
Potensial peningkatan
pemeliharaan kesehatan
c)
Perilaku mencari
pertologan kesehatan
d) Ketidakefektifan
penatalaksaan aturan teraupetik atau pengobatan
e) Resiko
trhadap penularan penyakit
9) Diagnosa
keperawtan keluarga dengan masalah koping
a) Potensial
peningkatan koping
b) Koping
keluarga tidak efektif, menurun, dan ketidakampuan
c) Resiko
terhadap tindak kekerasan.
10) Prioritas
diagnosa keperawatan keluarga
Menurut Setiawati (2008), prioritas
masalah didasarkan atas tiga komponen:
a)
Kriteria penilaian
Kriteria masalah terdiri atas:
(1) Sifat
masalah yang terdiri dari:
(a) Aktual
dengan nilai 3
(b) Resiko
tinggi dengan nilai 2
(c) Potensial
dengan nilai 1
Pembenaran mengacu pada masalah yang
sedang baru terjadi, baru menunjukan tanda dan gejala atau bahkan dalam kondisi
sehat.
(2) Kemungkinan
masalah untuk diubah
(a) Mudah
dengan nilai 2
(b) Sebagian
dengan nilai 1
(c) Tidak
dapat dengan nilai 0
Pembenaran mengacu pada: masalah, sumber
daya keluarga, sumber daya perawat dan sumber daya lingkungan.
(3) Potensial
masalah untuk dicegah:
(a) Tinggi
dengan nilai 3
(b) Cukup
dengan nilai 2
(c) Rendah
dengan nilai 1
Pembenaran mengacu pada berat ringannya
masalah, jangka waktu terjadi masalah, tindakan yang akan dilakukan, kelompok
resiko tinggi yang bisa dicegah.
(4) Menonjolnya
masalah
(a) Segera
diatasi dengan nilai 2
(b) Tidak
segera diatasi dengan nilai 1
(c) Tidak
dirasakan ada masalah dengan nilai 0.
Pembenaran mengacu kepada: kurang
pengetahuan keluarga terhadap masalah.
(5) Bobot
(a). Sifat masalah dengan bobot 1
(b). Kemungkinan masalah untuk diubah
dengan bobot 2
(c ). Potensial masalah untuk dicegah
dengan bobot 1
( e ). Menonjolnya masalah dengan bobot
1.
(6) Pembenaran
a) Alasan
untuk menentukan sub kriteria
b) Dampak
terhadap kesehatan keluarga
c) Ditunjang
dari data hasil pengkajian.
Caranya dapat dilihat pada tabel 3
Tabel
3
Skoring
NO
|
KRITERIA
|
NILAI
|
BOBOT
|
PEMBENARAN
|
1.
|
Sifat Masalah
Skala:
-
Aktual
-
Resiko tinggi
-
Potensial
|
3
2
1
|
1
|
Mengacu
pada masalah yang sedang terjadi dengan menunjukan tanda dan gejala atau
bahkan dalam kondisi sehat.
|
2.
|
Kemungkinan
masalah dapat diubah
Skala:
-
Mudah
-
Sebagian
-
Tidak dapat
|
2
1
0
|
2
|
Mengacu
pada masalah, sumberdaya keluarga, semberdaya perawat dan sumberdaya
lingkungan.
|
3.
|
Potensi
masalah untuk dicegah
Skala
:
-
Tinggi
-
Cukup
-
Rendah
|
3
2
1
|
1
|
Mengacu
pada berat ringannya masalah, jangka waktu terjadinya masalah, tindakan yang
akan dilakukan, kelompok resiko tinggi yang bisa dicegah.
|
4.
|
Menonjol
masalah
Skala:
-
Segera diatasi
-
Tidak segera diatasi
-
Tidak dirasakan ada masalah
|
2
1
0
|
1
|
Mengacu
pada kurang pegetahun keluarga terhadap masalah.
|
Sumber : Santun Setiawati (2008).
(7) Skoring
Menurut
Effendy (1998), system scoring untuk menentukan prioritas masalah sebagai
berikut:
(a) Tentukan
skor untuk setiap kriteria
(b) Skor dibagi dengan angka tertinggi dan
dikalikan dengan
Skor
Angka tertinggi
|
Jumlahkan
skor untuk semua kriteria
(c) Skor tertinggi adalah 5 dan sama untuk semua
bobot
(8)
Berdasarkan masalah
yang diangkat oleh peneliti dalam karya tulis ilmiah ini, maka diagnosa
keperawatan yang muncul pada keluarga Tn.J khususnya Ny.Ydengan diabetes
mellitus adalah Resiko ketidakstabilan kadar gula darah berhubungan ketidak
mampuan keluarga mengambil keputusan kesehatan
yang tepat bagi keluaraga
a. Perencanaan
/ Intervensi Keperawatan Keluarga
Menurut Association
Nursing American (ANA) yang dikutip oleh (Setiawati, 2008). Mendefenisikan
intervensi sebagai rencana tindakan perawat untuk kepentingan klien atau
keluarga.
Tujuan umum dalam
perencanaan intervensi adalah: menurunkan kadar gula darah dengan mengunakan
tehnik terapi senam diabetes
b.
Implementasi
Menurut Setiawati
(2008), implementasi merupakan aktualisasi dari perencanaan yang telah disusun
oleh perawat sebelumnya. Prinsip yang mendasari implementasi keperawatan
keluarga antara lain:
1)
Implementasi mengacu
pada rencana perawatan yang dibuat.
2)
Implementasi dilakukan
dengan tepat memperhatikan prioritas masalah.
3)
Kekuatan-kekuatan keluarga
berupa finasial, motivasi, dan sumber-sumber pendukung lainnya jangan
diabaikan.
4)
Pendokumentasian
implementasi keperawatan keluarga jangan terlupakan dengan menyertakan tanda
tangan petugas sebagai bentuk tanggung gugat dan tanggung jawab profesi.
c. Evaluasi
Evaluasi merupakan
tahap terakhir dalam proses keperawatan keluarga. Evaluasi merupakan tahap
terakhir yang menentukan apakah tujuan tercapai sesuai dengan yang ditetapkan
dalam tujuan di rencana keperawatan (Setiawati, 2008).
Macam-macam evaluasi:
a.
Evaluasi Struktur
Evaluasi
struktur berhubungan erat dengan bahan, tenaga, maupun dana yang diperlukan
dalam suatu kegiatan (Setiawati, 2008).
b.
Evaluasi Proses
Evaluasi proses merupakan evaluasi yang
dilakukan selama proses kegiatan berlangsung, untuk mencapai kualitas dalam hal
penyuluhan kesehatan yang diberikan kepada keluarga dalam upaya mengatasi
masalah dalam keluarga (Setiawati, 2008).
c.
Evaluasi Hasil
Evaluasi
hasil merupakan hasil akhir dari pemberian asuhan keperawatan (Setiawati,
2008). Evaluasi yang diharapkan pada keluarga dalam upaya mengatasi masalah
dalam keluarga.
F.
Hasil Penelitian Terkait Dengan Terapi Senam Diabetes
1.
Hasil penelitian
dari Purwanto (2011), yang meneliti tentang dampak senam diabetes terhadap daya
tahan tubuh dan penyakit, dari penelitian tersebut didapatkan bahwa adanya
perbedaan tingkat daya tahan tubuh terhadap penyakit bisa di lihat dengan
menggunakan analisis mean whitney U test yang menunujukan bahwa tingkat daya
tahan tubuh terhadap peserta yang mengikuti senam, dan tingkat daya tahan tubuh
peserta yang tidak mengikuti senam berbeda secara signifikan.
DAFTAR PUSTAKA
Ali
C.H, 2010 Dasar-Dasar Keperawatan
Profesional. Jakarta Widya Medika
Almum.Aziz,
2003. Risek Keperawatan Tehnik
Penulisan Ilmiah. Salemba Medika.Jakarta
Arianto
Subarsimi, 2005. Manejemen Penelitian
. Pt Rineka Cipta. Jakarta
Arif
Mansjoe Dkk, 2000, Kapita Selekta
Kdokteran Media Aesculapius, Jakarta
Darmono,2007
Ilmu Penyakit Diabetes Melitus Jilid
Tiga, Edisi Keempat Fkul Jakarta
Depkes
Ri 2015, Indonesia Sehat 2025,
Depkes Ri Jakarta
Fox
Charles, 2015 Bersahabat Dengan Diabetes
Tipe Dua, Penerbit Plus, Jakarta
Giriwijoyo
Santosa, 2015, Ilmu Kesehatan Olahraga,
Rosda Jakarta
Jhon,
Merry, 2011, Dasar-Dasar Senam,
Angkasa, Bandung
Kilfert
Anne, 2015, Self Your Health Diabetes
Melitus, Penerbit Plus, Jakarta
Marylin
M. Friedman, 2002, Buku Ajar
Keperawatan Keluarga, Egc. Jakarta.Setakan Kelima, 2014
Nanda,
2015, Daignosa Keperawatan Dan
Aplikasi Keperawatan, Jakarta
Santun
Setiawati, 2001 Asuhan Keprawatan
Keluarga, Trans Info Media Jakarta
Sediaoetama
D. Achmad, 2010 Ilmu Gizi Diabetes
Jilid Satu, Dian Rakyat. Jakarta
Sumarni
Andri, 2014, Senam Dan Diabetes,
Pustaka Kita, Jakarta
Sunaryo,
2004. Psikologi Untuk Keperawatan
. Buku Kedokteran Egc. Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar