Senin, 18 April 2016

KARYA TULIS ILMIAH

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.  Konsep Teori Diabetes Melitus
1.    Pengertian diabetes melitus
Diabetes mellitus adalah penyakit kronis yang kompleks yang mengakibatkan gangguan metabolisme karbohidrat, protein, lemak dan berkembang menjadi komplikasi makrovaskuler, mikrovaskuler dan neurologis. (Barbara C. Long, 2010)
Diabetes melitus merupaka suatu penyakit menahun yang di tandai dengan kadar glukosa darah melebihi normal dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang di sebabkan oleh kekurangan hormon insulin secara relatif maupun absolut. Bila hal ini dibiarkan tidak terkendali dpat terjadi komplikasi metabolik akut maupun kompplikasi vaskuler jangka panjang baik mikroangiopati maupun makroangiopati (Darmono, 2011)
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelaianan heterogen yang ditandai dengan kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia ( Brunner & Suddarth, 2002 )
2.    Etiologi
Menurut ( Brunner & Suddarth, 2002 ) yaitu:
a.    Diabetes Melitus Tipe I
9
Diabetes Tipe I ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pangkreas. Kombinasi factor genetik, imunologi dan mungkin pula lingkungan
( misalnya, infeksi virus) diperkirakan turut menimbulkan destruksi sel beta.
1)   Faktor genetik penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe 1 itu sendiri, tetapi mewarisi suatu predisposisiatau kecendrungan genetic kearah terjadinya diabetes tipe 1. kecendrungan genetic ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (human leucocyte antigen) tertentu.
2)   Factor imunologi pada diabetes tipe 1 terdapat  bukti adanya suatu respon otoimun. Respon ini merupakan respon abnormal dimana anti bodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.
3)   Faktor Lingkungan penyelidikan juga sedang dilakukan terhadap kemungkinan factor-faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel beta. Sebagai contoh,hasil penyelidikan yang menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi sel beta.
b.    Diabetes Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebapkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Factor genetic diperkirakn memegang peranan dalam proses terjadiya resistensi insulin. Selain itu terdapat pula factor- factor resiko tertentu yang berhubungan dengan proses terjadiya diabetes mellitus tipe II . factor-faktor ini adalah:
1)   Usia ( resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun).
2)   Obesitas
3)   Riwayat Keluarga
4)   Kelompok etnik ( di Amerika Serikat, golongan Hispanik serta penduduk asli Amerika tertentu memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk terjadinya diabetes mellitus tipe II dibandingkan dengan golongan Afro-Amerika).
3.    Klasifikasi Diabetes Melitus
    Klasifikasi diabetes melitus yang utama menurut ( Bruner dan Suddart, 2002). yaitu :
1.    Tipe I
Diabetes Melitus Tergantung Insulin atau Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM).
2.    Tipe II
Diabetes Melitus Tidak Tergantung Insulin atau Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM).
4.    Tanda Dan Gejala Diabetes Melitus
Pada tahap diawal ditemukan gejala klinis berupa polifagia, polidipsia, lemas dan berat badan menurun. Gejala yang mungkin dikeluhkan pasien adalah kesemutan, gatal, mata kabur, dan impotensi pada pria, serta pruritus vulva pad wanita ( Bruner dan Suddart, 2002).
5.    Komplikasi
Menurut ( Bruner dan Suddart, 2002) komplikasi yaitu :
1.    Akut
a.    Koma hipoglikemia.
b.    Ketoasidosis.
c.    Koma hiperosmolar nonketotik.
2.    Kronik
a.       Makroangiapati, mengenai pembuluh darah besar, pembuluh darah jantung, pembuluh darah topi, pembuluh darah otak.
b.      Mikroangiapati, mengenai pembuuh darah kecil, retinopati diabetik, nefropati diabetik.
c.       Neuropati diabetic
d.      Rentan infeksi, seperti Tubercolosisparu gingifitis, dan infeksi saluran kemih, kaki diabetic
6.    Diagnosis
Adanya kadar glukosa darah meningkatkan secara abnormal merupakan kriteria yang melandasi penegakan diagnosis diabetes. Kadar gula darah plasma pada waktu puasa ( gula darah nuchter) yang besarnya diatas 140 mg/dl (SI: 7,8 mmol/L) atau kadar gula darah sewaktu ( gula darah random) yang diatas 200 mg/dl ( SI: 11,1 mmol/1) pada satu kali pemeriksaan atau lebih merupakan kriteria diagnosis penyakit diabetes mellitus. Jika kadar gula darah puasanya normal atau mendekati normal, penegakan diagnosis harus berdasarkan tes toleransi glukosa. ( Bruner dan Suddart, 2002).
7.    Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi diabetes adalah mencoba menormalkan aktifitas insulin dan kadar glukosa darah dalam dalam upaya untuk mengurangi terjadiya komplikasi vaskuler serta nuropatik. Tujuan teraupetik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal ( euglikemia) terjadinya hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas pasien.  ( Bruner dan Suddart, 2002)
Ada lima komponen dalam penatalaksanaan diabetes: Diet, latihan, pemantauan, terapi, pendidikan. Penanganan disepanjang perjalanan penyakit diabetes akan bervariasi karena terjadiya  perubahan pada gaya hidup , keadan fisik dan mental penderitanya disamping karena berbagai kemjuan dalam metode terapi yang dihasilkan riset. Karena itu, penatalaksanan diabetes meliputu pengkajiann yang konstan dan modifikasi rencana penanganan oleh professional kesehatan disamping penyesuaian terapi oleh pasien sendiri setiap hari. ( Bruner dan Suddart, 2002).



B.  Konsep teori senam
Senam merupakan aktivitas fisik yang dapat membantu mengoptimalkan perkembangan anak. Gerakan-gerakan senam sangat sesuai untuk mendapat penekanan di dalam program pendidikan jasmani, terutama karena tuntutan fisik yang dipersyaratkannya, seperti kekuatan dan daya tahan otot dari seluruh bagian tubuh. Di samping itu, senam juga menyumbang besar pada perkembangan gerak dasar fundamental yang penting bagi aktivitas fisik cabang olahraga lain, terutama dalam hal bagaimana mengatur tubuh secara efektif dan efisien. (Andri Sumarni, 2013)
1.    Pengertian Senam Secara Umum
Senam yang dikenal dalam bahasa Indonesia sebagai salah satu cabang olahraga, merupakan terjemahan langsung dari bahasa Inggris Gymnastics, atau Belanda Gymnastiek. Gymnastics sendiri dalam bahasa aslinya merupakan serapan kata dari bahasa Yunani, gymnos, yang berarti telanjang. kata gymnastiek tersebut dipakai untuk menunjukkan kegiatan-kegiatan fisik yang memerlukan keleluasaan gerak sehingga perlu dilakukan dengan telanjang atau setengah telanjang. Hal ini bisa terjadi karena teknologi pembuatan bahan pakaian belum semaju sekarang, sehingga belum memungkinkan membuat pakaian yang bersifat lentur mengikuti gerak pemakainya. (Hidayat, 2014).
suatu latihan tubuh yang dipilih dan dikonstruk dengan sengaja,  dilakukan secara sadar dan terencana, disusun secara sistematis dengan tujuan meningkatkan kesegaran jasmani, mengembangkan keterampilan, dan menanamkan nilai-nilai mental spiritual. (Imam Hidayat,2014)
senam dapat diartikan sebagai bentuk latihan tubuh pada lantai atau pada alat yang dirancang untuk meningkatkan daya tahan, kekuatan, kelentukan, kelincahan, koordinasi, serta kontrol tubuh.  Jadi fokusnya adalah tubuh, bukan alatnya, bukan pula pola-pola geraknya, karena gerak apapun yang digunakan, tujuan utamanya adalah peningkatan kualitas fisik serta penguasaan pengontrolannya. (Peter H. Werner 1994).
2.    Jenis Senam
Seperti juga kesulitan dalam memahami definisi dan arti senam, maka bisa juga kesulitan lain timbul manakala kita ingin membagi senam ke dalam jenis-jenisnya. Hal ini disebabkan oleh begitu banyaknya jenis kegiatan yang bisa dikategorikan ke dalam senam, seperti senam si buyung, senam wanita, senam bayi, senam pagi, senam kesegaran jasmani, senam jantung sehat dan lain-lain. (DR. Boyke Maulana, 2013)
pengelompokkan senam yang dilakukan oleh FIG (Federation Internationale de Gymnastique) yang di-Indonesiakan menjadi Federasi Senam Internasional. Menurut FIG, senam dibagi menjadi 6 kelompok yaitu:
a.    senam artistik (artistic gymnastics)
b.    senam ritmik sportif (sportive rhythmic gymnastics)
c.    senam akrobatik (acrobatic gymnastics)
d.   senam aerobik sport (sports aerobics)
e.    senam umum (general gymnastics)

3.    Manfaat Senam
a.    Manfaat  fisik
Senam adalah kegiatan utama yang paling bermanfaat dalam mengembangkan komponen fisik dan kemampuan gerak (motor ability).  Lewat berbagai kegiatannya, anak yang terlibat senam akan berkembang daya tahan ototnya, kekuatannya, powernya, kelentukannya, koordinasi, kelincahan, serta keseimbangannya. Apalagi jika ditekankan pula kegiatan yang menuntut sistem kerja jantung dan paru (cardio-vaskular system), program senam akan menyumbang pada perkembangan fisik yang seimbang. Di samping itu, program senam dapat pula menyumbang pada pengayaan perbendaharaan gerak para pesertanya.  Dasar-dasar senam akan sangat baik dalam mengembangkan pelurusan (alignment) tubuh, penguasaan dan kesadaran tubuh secara umum, dan keterampilanketerampilan senam. (Santoso, 2013)
b.    Manfaat rohani
Dengan melakukan senam secara rutin bukan hanya fisik kita yang menjadi sehat akan tetapi pikiran kita juga akan menjadi tenang. Karena dengan melakukan aktifitas fisik bukan hanya otot yang dipaksa untuk beraktifitas akan tetapi juga memacu kerja otak untuk berpikir sampai mana kemampuan kita untuk melakukan aktifitas tersebut. (Santoso, 2013)
4.    Ruang Lingkup Senam
Salah satu hambatan yang sering ditemui oleh guru penjas dalam mengajarkan senam di sekolah adalah gambaran bahwa senam itu begitu sulit serta memerlukan peralatan khusus yang lengkap.  Gambaran demikian timbul dari pengertian para guru yang menghubungkan arti senam pada senam yang selalu dipertandingkan pada PON atau olimpiade.  Jika itu yang dimengerti oleh guru, jelas senam memang sulit, karena senam demikian bukan untuk anak-anak sekolah. (Jhon, 2008)
5.    Prasyarat Kualitas Fisik dan Motorik
a.       Kualitas Fisik
Kualitas-kualias fisik seperti kelentukan, kekuatan, power dan daya tahan merupakan faktor penting yang harus dimiliki oleh pesenam untuk dapat berhasil dalam meguasai senam. Hal tersebut mengandung arti bahwa tanpa adanya faktor-faktor di atas maka prestasi senam seseorang akan terhambat. Dalam hal ini kualitas fisik yang dimaksud perlu dibedakan antara kualitas fisik pembawaan (nature )  dan kualitas fisik yang terkembangkan oleh latihan. (Jhon, 2008)
b.      Kelentukan (flexibility)
Kelentukan adalah salah satu komponen fisik yang sangat penting dalam kaitannya dalam prestasi senam. Dalam bahasa Inggris, istilah flexibility sering juga dipersamakan dengan suppleness  dan joint mobility, yang artinya adalah : “jarak kemungkinan gerak dari suatu persendian atau kelompok sendi”. Artinya, seberapa besar jarak yang dicapai, semakin baik kelentukan dari sendi itu.  Jarak gerak ini dapat dibedakan menjadi dua macam. Pertama, jarak pasif, yaitu seberapa jauh suatu anggota tubuh dapat digerakkan oleh kekuatan luar seperti pasangan atau tekanan tertentu. Kedua, jarak aktif, yaitu seberapa jauh anggota tubuh dapat digerakkan oleh kekuatan otot dirinya sendiri  Kelentukan adalah kualitas spesifik, yang menyatakan bahwa seseorang bisa jadi fleksibel dalam salah satu persendiannya tetapi tidak dalam sendi yang lain. Begitu juga dalam hal perkembangannya, dimana satu persendian lebih cepat merespon pada latihan stretching dari pada yang lainnya. (Jhon, 2008)
c.       Kekuatan (strength)
Kekuatan adalah sejumlah daya yang dapat dihasilkan oleh suatu otot  ketika otot itu berkontraksi. Kekuatan dapat ditingkatkan dengan menam bah beban yang bisa diatasi otot secara progesif sehingga otot tersebut  menyesuaikan kekuataannya pada beban itu dengan cara menambah  ukurannya yang diistilahkan dengan hyper trophy.  Dengan pengertian  tersebut, tidak digunakannya otot untuk masa tertentu bisa berarti penurunan ukuran otot yang bersangkutan, yang umumnya disebut  dengan istilah antropy, yang berarti menurunnya kekuatan.
Dilihat dari jenis kontraksinya pada saat melatih kekuatan otot, maka jenis latihan kekuatan dapat dibedakan menjadi dua macam latihan. Jika otot tersebut dilatih dengan gerakan yang menyebabkan terlihat memanjang dan memendek, maka latihan tersebut disebut latihan jenis isotonis  sedangkan jika pada otot yang dilatih tersebut tidak terlihat adanya gejala pemanjangan dan pemendekan yang jelas, latihan tersebut dinamakan latihan isometris.  (Iso artinya sama, tonis artinya tegangan, metris artinya panjang). (Jhon, 2008)
d.      Daya Ledak (Power)
Power adalah kombinasi dari kekuatan dan kecepatan. Kekuatan mengukur kemampuan untuk mengangkat bebannya dan kecepatan mengukur kecepatan untuk mengangkat beban itu. Untuk menampilkan sejumlah kerja berat secara cepat memerlukan power. Misalnya melakukan pull-ups dengan baik memerlukan kekuatan, tetapi melakukan pull-ups dengan cepat memerlukan power. (Jhon, 2008)
e.       Daya Tahan (Endurance)
Daya tahan dapat menunjuk pada kemampuan cardio respiratory (jantung dan paruparu) Atau pada Daya tahan otot (muscular endurance). Untuk keperluan pembelajaran senam, maka kita hanya akan membatasi pembahasan ini pada diskusi tentang daya tahan otot yang dapat dianggap sebagai kemampuan untuk menahan kelelahan otot atau kemampuan untuk bertahan lama dalam kegiatan olahraga. Daya tahan otot tidak begitu penting dalam penampilan aktual dari keterampilan senam. Ia hanya penting untuk bisa bertahan dalam kegiatan senam, baik latihan maupun pertndingan, yang memakan waktu lama. Ketika melakukan atau mempelajari keterampilan, seseorang harus melakukan banyak ulangan terus menerus. Dengan daya tahan otot yang baik, waktu latihan yang lebih lama akan dapat ditempuh dan sedikit waktu istirahat yang diperlukan. (Jhon, 2008)
f.       Atribut Motorik
Kemampuan motorik yang menunjang terhadap pelaksanaan senam sangat banyak, di antaranya adalah kelincahan (agility), koordinasi, kecepatan, keseimbangan, dll. Kesemua atribut motorik tersebut dapat ditingkatkan melalui keikutsertaan dalam olahraga senam, dan sebaliknya kemampuan tersebut harus secara spesifik ditingkatkan agar mampu memperbaiki penampilan dalam senam. Dari kesemua kemampuan motorik tersebut, hanya keseimbangan dan orientasi ruang lah yang akan dibahas dalam bagian ini. (Jhon, 2008)
g.      Keseimbangan (balance)
Keseimbangan adalah istilah yang digunakan untuk menerangkan kemampuan atau ketidakmampuan seseorang untuk memelihara equilibrium, baik yang bersifat statis seperti dalam posisi diam, bisa juga bersifat dinamis seperti pada saat melakukan gerakan lokomotor.
Keseimbangan Adalah hal yang paling jelas bahwa unsur keseimbangan merupakan salah satu aspek yang paling penting dalam olahraga senam. Banyak keterampilan senam sangat tergantung pada kualitas keseimbangan dan hakikat beberapa peralatan senam pun membuat pelaksanaan gerakannya sangat ditentukan oleh kemampuan keseimbangan yang di atas rata-rata. (Jhon, 2008)

Orientasi Ruang (spatial orientation)
Orientasi Ruang adalah kemampuan seseorang untuk bisa merasakan dan berfungsi dalam situasi-situasi seperti:
a.       Posisi tubuh terbalik
b.      Posisi tubuh berputar
c.       Posisi tubuh pada ketinggian
d.      Posisi tubuh pada saat melayang
Keselamatan dalam senam bergantung pada pengetahuan pesenam tentang di mana dirinya berada. Pelaksanaan dari keterampilan yang banyak itu benar-benar ditentukan oleh timing yang benar tentang aksi beberapa otot selama menampilkan keterampilan itu. Jika pesenam lebih sadar tentang apa yang dilakukan tubuh, di mana tubuh dalam ruangnya, di manakah anggota tubuh dalam hubungannya dengan posisi tubuh, maka akan semakin tepatlah ia dalam memodifikasi keterampilan yang diinginkan. Kemampuan ini ditentukan dalam banyak hal oleh indra kinestetik yang terdiri dari dua komponen anatomis utama: sistem vestibular (vestibular system) dan sistem proprioceptive. Yang pertama terdiri dari kanal semisirkular di dalam telinga bagian tengah yang berperan memonitor posisi tubuh dalam ruang, sedangkan sistem yang kedua terdiri dari reseptor sensoris yang banyak dalam otot-otot, tendon, serta ligamentum yang memonitor posisi bagian
tubuh ketika bergerak. Seperti juga indra-indra lainnya, indra kinestetik merespons pada latihan, dengan ketentuan bahwa kterlibatan yang tinggi akan meningkatkan kepekaan. Artinya, orang-orang yang tidak akrab dengan gerakan-gerakan membalik serta berputar akan mudah kehilangan orientasi, bahkan bisa muntah-muntah ketika badannya dibalik diputar. (Jhon,    2008)

C.  Konsep Teori Senam Diabetes
1.    Pengertian
Senam diabetes adalah senam fisik yang dirancang menurut usia dan status fisik dan merupakan bagian dari pengobatan diabetes mellitus (Persadia, 2014). Penggunaan olah raga dalam pengobatan diabetes mellitus sudah bukan hal yang baru, dan justru dipergunakan sebelum ditemukannya insulin pada tahun 1921. WHO (1985) dalam laporannya mengenai mellitus mengatakan bahwa aktivitas fisik yang dirancang menurut usia dan status fisik merupakan bagian penting dalam pengobatan diabetes mellitus. Senam mempunyai efek menaikkan aksi insulin di jaringan, sehingga kebutuhan akan insulin menurun. (WHO, 2010)
Sebenarnya senam diabetes adalah suatu bentuk modifikasi bentuk senam modern dari senam kaki diabetes, dimana dalam senam diabetes terdapat pula gerakan dan hentakan-hentakan kaki yang terdapat pada senam kaki diabetes. Tujuannya yaitu untuk memaksa kadar glukosa dalam darah untuk termetabolisme menjadi energi dan mengurangi tingkat pemakaian insulin di dalam tubuh secara optimal. (Andri Sumarni, 2013)
Senam kesehatan diabetes di buat oleh tim ahli yang terdiri dari tiga dokter spesialis rehabilitasi, penyakit dalam, dokter spesialis kesehatan olahraga, ahli gizi dan sanggar senam. Gerakan-gerakan yang terdapat pada senam diabetes cukup banyak, sehingga dapat mengola semua organ tubuh manusia mulai otak hinga ujung kaki.seba, dampak dari penyakit diabtes melitus menyerang seluruh tubuh. Dampak yang paling ringan adalah kaki kesemutan sedangkan yang terparah ialah stroke. (prof.santosa giriwijoyo, 2012)
2.    Manfaat senam bagi penderita diabetes
Selain bisa untuk membantu menurunkan dan mengontrol gula darah senam diabetes juga sangat bermanfaat untuk menjaga kesehatan organ-organ lain, seperti jantung, tulang, paru-pau dan lain-lain.(WHO, 1921, dikutip agustus 2015)
Kushartanti (2010), menjelaskan terdapat beberapa manfaat dari melakukan senam diabetes, yaitu :
a.    Jantung
Otot jantung bertambah kuat dan bilik jantung bertambah besar sehingga denyut kuat dandaya tampung besar, kedua hal ini akan meningkatkan efisiensi kerja jantung. Dengan efisiensi kerja yang tinggi jantung tidak perlu berdenyut terlalu sering.
b.    Pembuluh darah
Elastisitas pembuluh darah akan bertambah, karena berkurangnya timbunan lemak dan penambahan kotraktilitas otot dinidng pembuluh darah. Elastisita spembuluh darah yang tinggi akan memperlancar jalannya darah dan mencegah timbulnya hipertensi.
c.    Paru-paru
Elastisitas paru-paru akan bertambah sehingga kemampuan berkembang kempis juga akan bertambah.
d.   Otot
Kekuatan, kelentukan dan kekuatan otot akan bertambah. Hal ini disebabkan karena bertambah besarnya serabut otot dan meningkatnya sistem penyedian energi di otot.
e.    Tulang
Penambahan aktifitas enzim pada tulang akan meningkatkan kekuatan, kepadatan dan besarnya tulang selain itu juga dapat mencegah pengeroposan tulang.
Senam merupakan salah satu terapi utama bagi penderita diabetes melitus, karena dapat meningkatkan sensitifitas insulin pada penderita diabetes melitus tipe II dan penderita gangguan toleransi glukosa. (Devlin 1992).
3.      Tekhnik senam diabetes
Gerakan inti pada senam diabetes : (Andri Sumarni, 2013)
Gerakan senam diabetes terdiri dari 7 langkah dasar, dimana tiap-tiap gerakan terdiri dari 8 kali hitungan dan 3 kali pengulangan :
a.    Berdiri tegap, jalan di tempat kemudian angkat tangan kanan di letakan ke bahu kiri begitupun sebaliknya sambil menghitung dimana sampai hitungan keempat kedua tangan di hempas kebawah kemudian lanjut sampai kedelapan
b.    Untuk langkah ini terdapat 2 gerakan yaitu :
1)   Melangkah kekanan dua kali, sambil tangan diangkat seperti mengangkat barbel.
2)   Masi melangkan kesamping, kemudian kedua tangan diletakan diletakan didepan wajah tapi ditekuk 90o, kemudian regangkan kearah samping ditiap kali hitungan sambil melangkah.
c.    Untuk langkah ini terdapat tiga gerakan dimana untuk  gerakan pertama melangkah kesamping dua kali, tangan ditekuk 15o disamping wajah kemudian naik turunkan secara bergantian dan gerakan yang kedua hanya mendorong kesamping diikuti gerakan tangan kearah yang sama dimana kaki menendang.
d.   Untuk langkah ini dimana tiap gerakan maju selangkah dan mundur selang selebar bahu untuk membuat gerakan ini.
1)   Maju kaki kiri, diikuti tangan kiri kesampindan tangan kanan diletakan di depan dada, dan lakukan sebaliknya secara bergantian.
2)   Melangkah maju selebar bahu, dan tangan di tekuk didepan seperti mengangkat barbel

e.    Untuk langkah ini terdapat 4 gerakan
1)      Maju kaki kiri, angkat lutut rata dengan perut dan tangan kiri dihempas kekiri, begitupun sebaliknya, sampai hitungan kedelapan.
2)      Masi maju dengan gerakan yang sama, tapi kedua tangan diletakan 90o kesamping badan kemudian dinaik turunkan seirama dengan langkah kaki
3)      Melangkah kenan dan kekiri, posisi tangan kiri diletaka di peinggang sedangkan kanan dihempas ditiap hitungan
4)      Buka kaki selebar bahu kemudian tekuk kedalam secara bergantian dan tangan ditekuk pula kedalam ditiap hitungan
f.     Didalam langkah ini terdapat 3 gerakan yaitu :
1)      Maju kedepan duakali dan dorong kedua tangan kedepan, mundur dua kali dan tangan di dorong kebawah
2)      Buka kaki kanan selebar bahu tekuk secara kontinue ditiap hitungan dan tangan kanan menunjuk kearah atas begitupun sebaliknya
3)      Melngkah kesamping 1 kali dan tangan didorong keatas
g.    Terdiri dari 3 gerakan yaiut :
1)      Melangkah kesampin dua kali dan kedua tangan ditekuk secara bergantian didepan dada
2)      Masi dalam langkah kaki yang sama akan tetapi tangan diputar dua kali di depan dada, kii dan kanan mengikuti langkah kaki
3)      Jalan ditempat perlahan kemudian angkat kedua tangan dari arah samping ke arah depan

D.  Konsep Dasar Keluarga
1.    Pengertian Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah suatu atap dalam keadan saling ketergantungan ( Depkes RI, 1988).
Friedman (1998) mendefinisikan keluarga sebagai suatu system social. Keluarga merupakan sebuah kelompok kecil yang terdiri dari individu-individu yang memiliki hubungan erat satu sama lain, saling tergantung yang diorganisir dalam satu unit tunggal dalam rangka mencapai tujuan tertentu.
(Buurgess 1963 dalam Friedman 1998), ciri-ciri keluarga berdasarkan orientasi tradisional, adalah:
a.    Keluarga terdiri dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan, darah dan ikatan adopsi.
b.    Para anggota keluarga bisanya hidup bersama-sama dalam satu rumah tangga, atau jika mereka hidup secara berpisah mereka tetap menganggap rumah tangga tersebut sebagai rumah mereka.
c.    Anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dalam peranan-peranan sosial keluarga seperti suami istri, ayah dan ibu, anak laki-laki dan perempuan, saudara dan saudari.
d.   Keluarga sama-sama menggunakan kultur yang diambil dari masyarakat dengan beberapa ciri unik tersendiri.
Menurut UU No. 19 Tahun 1992 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera, keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami istri da anaknya, atau ibu dan anaknya (Suprajitno, 2004).
2.    Tipe Keluarga
Menurut Friedman (1986), dan Effendy (1998), menyatakan adanya beberapa tipe/bentuk keluarga lain :
a.    keluarga inti (Nuclear Family), adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak.
b.    Keluarga besar (extended family), adalah kelurga inti ditambah dengan sanak saudara, seperti nenek, kakek, keponakan, dan sebagainya.
c.    Kelurga berantai (serial family), adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.
d.   Keluarga duda atau janda (single family), adalah keluarga yang terdiri dari perceraian dan kematian.
e.    Keluarga berkomposisi (composite), adalah keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersamaan.
f.     Keluarga kabitas (chabitation), adalah dua orang yang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi membentuk satu keluarga.
3.    Struktur Keluarga
Menurut Mubarak (2006), struktur keluarga terdiri dari :
a.    Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ayah.
b.    Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dari beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ibu.
c.    Matrilokal adalah sepasang suami-istri yang tinggal bersama sedarah istri.
d.   Patrilokal adalah sepasang suami-istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.
4.      Fungsi Keluarga
Secara umum fungsi keluarga yang dikemukakan oleh Friedman (1998), adalah sebagai berikut :
a.    Fungsi efektif adalah fungsi yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain. Fungsi ini membutuhkan untuk perkembangan individu dan psikososial anggota keluarga.
b.    Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain.
c.    Fungsi repdoduksi adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.
d.   Fungsi ekonomi yaitu keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu, meingkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
e.    Fungsi keperawatan / pemeliharaan kesehatan yaitu : fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi.
5.    Peranan Keluarga
Sehubungan dengan fungsi keluarga, maka peranan keluarga juga diutamakan dalam kegiatan keluarga terutama peran ayah dan ibu. Seperti yang dinyatakan oleh Mubarak, (2006), adalah sebagai berikut :
a.    Peran Ibu
Ditinjau dari segi kehidupan secara keseluruhan, ibu berperan sebagai satu rumah tangga yang dapat mengemudikan keluarga. Peran ibu dalam keluarga antara lain mengatur situasi keluarga, keharmonisan, kerukunan yang dapat mewarnai keluarga dalam hubungan tertentu. Dalam hubungan dengan anak : ibu berperan sebagai seorang yang mempunyai kaitan yang pertama. Dalam kehidupan anak, ibu merupakan kasih sayang yang abadi.
b.    Peranan Ayah
Dalam kehidupan sehari-hari ayah berperan sebagai kepala keluarga bersama ibu untuk menjaga kelangsungan hidup keluarga. Peran ayah dalam kehidupan keluarga adalah sebagai suami, ayah dari anak-anaknya, perncari nafkah, pendidik, pelindung dan sebagai anggota masyarakat.
6.      Tugas Keluarga
Menurut Friedmen dalam Effendy, (1998), tugas dari keluarga yaitu mengenal gangguan perkembangan keadaan setiap anggota keluarga, mengambil keputusan untuk tindakan yang tepat, memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang tidak dapat membantu diri karena cacat atau uianya terlalu muda, mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan untuk kesehatan dan kepribadian anggota keluarga, mempertahankan hubungan timbal balik antara anggota keluarga dan lembaga-lembaga kesehatan. Ini menunjukan pemanfaatan dengan baik akan fasilitas-fasilitas kesehatan.


7.         Tahap Perkembangan Keluarga
Pembagian tahap perkembangan menurut Suprajitno (2004).
Tabel 2
Tugas  Perkembangan  Keluarga Sesuai Tahap Perkembangan

Tahap Perkembangan
Tahap Perkembangan (Utama)
1.         Keluarga baru menikah
a.    Membina hubungan intim yang memuaskan.
b.    Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, dan kelompk sosial
c.    Mendiskusikan rencana memiliki anak
2.    Keluarga dengan anak baru lahir
a.    Mempersiapkan diri menjadi orang tua
b.    Adaptasi dengan perubahan adanya anggota keluarga, hubungan seksual
c.    Mempertahankan hubingan dalam rangka memuaskan pasangannya
3.    Keluarga dengan anak usia prasekolah
a.    Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, misalnya : kebutuhan tempat tinggal, privasi dan rasa aman
b.    Membantu anak untuk bersosialisasi
c.    Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
d.   Merencanakan kegiatan untuk pertumbuhan dan perkembangan anak
4.    Keluarga dengan anak usia sekolah
a.    Membantu mensosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, sekolah, dan lingkungan lebih luas
b.    Mempertahankan keintiman pasangan
c.    Mempunyai kebutuhan yang meningkat, termasuk biaya kehidupan dan kesehatan anggota keluarga.
5.    Keluarga dengan anak remaja
a.    Memberikan kebebasan yang seimbang dan bertanggung jawab mengingat remaja adalah seorang dewasa muda dan memiliki otonomi
b.    Mempertahankan hubungan intim dalam keluarga
c.    Mempertahankan kominikasi terbuka antara anak dan orang tua. Hindarkan terjadinya perdebatan, kecurigaan dan permusuhan.
d.   Mempersipkan perubahan sistem peran dan peraturan (anggota) keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga
6.    Keluarga melalui pelepasan anak sebagai dewasa
a.    Memperluas jaringan keluarga dari kleuarga inti menjadi keluarga besar
b.    Mempertahankan keintiman keluarga
c.    Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di masyarakat
d.   Penataan kemabali peran orang tua.
7.    Keluarga usia pertengahan
a.    Mempertahankan kesehatan individu dan pasangan usia pertengahan
b.    Memeprtahankan hubungan yang serasi dan memuaskan dengan anak-anaknya dan sebayanya
c.    Meningkatkan hubungan keakraban pasangan
8.    Keluarga lanjut usia
a.    Mempertahnkan suasana kehidupan rumah tangga yang saling mneyenangkan pasangannya
b.    Adaptasi dengan perubahan yang akan terjadi, kehilangan pasangan, kekuatan fisik dan penghasilan keluarga
c.    Mempertahankan keakraban pasangan yang saling merawat
d.   Melakukan life review masa lalu
Sumber : Suprajitno, 2004
8.    Tujuan Perawatan Kesehatan Keluarga
Tujuan perawatan keluarga menurut Effendy (1998), adalah :
a.       Tujuan Utama
Untuk meningkatkan kemampuan keluarga dalam memelihara kesehatan keluarga mereka sehingga dapat meningkatkan kesehatan keluarga.
b.       Tujuan Khusus
1)   Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengidentifikasi masalah kesehatan yang dihadapi.
2)   Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menanggulangi masalah kesehatan dasar dalam keluarga
3)   Mengambil keputusan yang tepat dalam mengatasi masalah kesehatan para anggota keluarganya
4)   Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap anggota keluarga sakit dan dalam mengatasi masalah kesehatan keluarganya
5)   Meningkatkan produktivitas keluarga dalam meningkatkan mutu hidupnya.

E.  Konsep Asuhan keperawatan keluarga
1.      Pengertian
Asuhan keperawatan keluarga adalah metode ilmiah yang digunakan secara sistimatis untuk mengkaji dan menentukan masalah kesehatan dan keperawatan keluarga, merencanakan asuhan keperawatan, dan melaksanakan intervensi keperawatan terhadap keluarga sesuai dengan rencana yang telah disusun dan mengevaluasi mutu hasil asuhan keperawatan yang dilakukan terhadap keluarga (Effendy 1998).
Proses  keperawatan adalah metode kerja dalam pemberian pelayanan keperawatan untuk menganalisa masalah pasien secara sistematik, menentukan cara pemecahannya, melaksanakan tindakan dan mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilaksanakan (Effendy, 1995).
2.      Tahap-tahap dalam proses keperawatan keluarga
Tahap-tahap dalam proses keperawatan bergantung satu sama Yang lainnya dan bersifat dinamis, dan disusun secara sistematis untuk mengambarkan dari tahap yang satu ke tahap yang lain, dengan tahap-tahap sebagai berikut:
a.    Pengkajian
Pengkajian adalah merupakan tahapan terpenting dalam proses keperawatan, mengingat pengkajian sebagai awal bagi keluarga untuk mengidentifikasi data-data yang ada pada keluarga (Setiawati, 2008)
Yang termasuk dalam tahap ini adalah:
1)      Pengumpulan data
Proses pengumpulan data diperoleh melalui, proses wawancara/anamnese, pengamatan/observasi, pemeriksaan fisik dengan cara: inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi (Effendy, 1998).
2)      Analisa data
Analisa data merupakan kegiatan pemilahan data dalam rangka proses klarifikasi dan validasi informasi untuk mendukung penegakkan diagnosa keperawatan keluarga yang akurat. (Effendy, 1998).
3)      Perumusan masalah
Rumusan  masalah kesehatan keluarga dapat menggambarkan keadaan kesehatan keluarga dan status keluarga, karena merupakan hasil dari pemikiran dan pertimbangan yang akurat tentang situasi kesehatan lingkungan, norma, nilai, kultur, yang dianut oleh keluarga tersebut yang diambil berdasarkan hasil analisa konsep, prinsip, teori dan standar yang dapat dijadikan acuan dalam menganalisa sebelum mengambil keputusan tentang masalah kesehatan keluarga, yang mengacu kepada tipologi masalah kesehatan keluarga dalam melaksanakan tugas-tugas dalam bidang kesehatan (Effendy, 1995).
b.   Diagnosa keperawatan keluarga, dan prioritas diagnosa keperawatan keluarga.
1)      Diagnosa keperawatan keluarga
Diagnosa keperawatan keluarga merupakan kumpulan pernyataan dari uraian hasil wawancara, pengamatan langsung dan pengukuran menggunakan status kesehataan mulai dari potensial, resiko tinggi, sampai masalah aktual. Masalah keperawatan aktual memberikan gambaran tanda dan gejala yang jelas yang mendukung bahwa masalah benar-benar terjadi, masalah resiko ditunjukkan dengan data yang mengarah pada timbulnya masalah kesehatan bila tidak segera ditangani, dan masalah potensial/sejahtera adalah merupakan status kesehatan berada pada kondisi sehat dan ingin meningkatkan lebih optimal (Setiawati, 2008).
Diagnosa keperawatan ditegakkan menurut Setiawati (2008) adalah:
Untuk penyebab atau etiologi dalam perumusan diagnosa keperawatan model single diangkat dari 5 tugas keluarga antara lain :
a)    Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
b)   Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan
c)    Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga
d)   Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan
e)    Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada
2)   Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah lingkungan
a)    Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah
b)   Resiko terhadap cedera/ketidakmampuan keluaga   merawat anggota keluarga
c)    Resiko terjadi infeksi
3)   Diagnosa keperawatan keluarga dengan masalah struktur    komunikasi
a)    Komunikasi keluarga disfungsional
4)   Diagnosa keperawatan keluarga dengan masalah struktur peran
a)      Berduka dan antisipasi
b)      Berduka disfungsional
c)      Isolasi sosial
5)        Perubahan dalam proses keluarga (dampak orang sakit terhadap keluarga)
a)      Potensial peningkatan menjadi orang tua
b)      Perubhan mnjadi orang tua
c)      Perubahan penampilan peran
d)     Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah
e)      Gangguan citra tubuh
6)      Dianosa keperawatan keluraga pada masalah afektif
a)         Peubahan proses kelurga
b)        Perubahan menjadi orang tua
c)         Potensial peningkatan menjadi orang tua
d)        Koping keluarga tidak efektif, menurun
e)         Koping keluarga tidak efektif, ketidakmampuan
f)         Resiko terhadap tindak kekerasan
7)      Diagnosa keperawtan keluarga dengan masalah fungsi sosial
a)         Perubahan proses keluarga
b)        Perilaku mencari bantuan kesehatan
c)         Konflik peran orang tua
d)        Perubahan menjadi orang tua
e)         Potensial peningkatan menjadi orang tua
f)         Perubahan pertumbuhan dan perkembangan
g)        Perubahan pemeliharaan kesehatan
h)        Kurang pengetahuan
i)          Isolasi social
j)          Kerusakan interaksi social
k)        Resiko terhadap tindakan kekerasan
l)          Gangguan identitas diri
8)   Diagnosa keperawatan dengan masalah fungsi perawatan kesehatan
a)    Perubahan pemeliharaan kesehatan
b)   Potensial peningkatan pemeliharaan kesehatan
c)    Perilaku mencari pertologan kesehatan
d)   Ketidakefektifan penatalaksaan aturan teraupetik atau pengobatan
e)    Resiko trhadap penularan penyakit
9)   Diagnosa keperawtan keluarga dengan masalah koping
a)    Potensial peningkatan koping
b)   Koping keluarga tidak efektif, menurun, dan ketidakampuan
c)    Resiko terhadap tindak kekerasan.
10)  Prioritas diagnosa keperawatan keluarga
Menurut Setiawati (2008), prioritas masalah didasarkan atas tiga komponen:
a)         Kriteria penilaian
Kriteria  masalah terdiri atas:
(1)     Sifat masalah yang terdiri dari:
(a)    Aktual dengan nilai 3
(b)   Resiko tinggi dengan nilai 2
(c)    Potensial dengan nilai 1
Pembenaran mengacu pada masalah yang sedang baru terjadi, baru menunjukan tanda dan gejala atau bahkan dalam kondisi sehat.
(2)      Kemungkinan masalah untuk diubah
(a)    Mudah dengan nilai 2
(b)   Sebagian dengan nilai 1
(c)    Tidak dapat dengan nilai 0
Pembenaran mengacu pada: masalah, sumber daya keluarga, sumber daya perawat dan sumber daya lingkungan.
(3)      Potensial masalah untuk dicegah:
(a)    Tinggi dengan nilai 3
(b)   Cukup dengan nilai 2
(c)    Rendah dengan nilai 1
Pembenaran mengacu pada berat ringannya masalah, jangka waktu terjadi masalah, tindakan yang akan dilakukan, kelompok resiko tinggi yang bisa dicegah. 
(4)      Menonjolnya masalah
(a)    Segera diatasi dengan nilai 2
(b)   Tidak segera diatasi dengan nilai 1
(c)    Tidak dirasakan ada masalah dengan nilai 0.
Pembenaran mengacu kepada: kurang pengetahuan keluarga terhadap masalah.
(5)      Bobot
(a). Sifat masalah dengan bobot 1
(b). Kemungkinan masalah untuk diubah dengan bobot 2
(c ). Potensial masalah untuk dicegah dengan bobot 1
( e ). Menonjolnya masalah dengan bobot 1.
(6)     Pembenaran
a)    Alasan untuk menentukan sub kriteria
b)    Dampak terhadap kesehatan keluarga
c)      Ditunjang dari data hasil pengkajian.


       Caranya dapat dilihat pada tabel 3
Tabel 3
Skoring
NO
KRITERIA
NILAI
BOBOT
PEMBENARAN
1.
Sifat  Masalah
Skala:
-          Aktual
-          Resiko tinggi
-          Potensial



3
2
1



1
Mengacu pada masalah yang sedang terjadi dengan menunjukan tanda dan gejala atau bahkan dalam kondisi sehat.
2.
Kemungkinan masalah dapat diubah
Skala:
-          Mudah
-          Sebagian
-          Tidak dapat




2
1
0




2
Mengacu pada masalah, sumberdaya keluarga, semberdaya perawat dan sumberdaya lingkungan.
3.
Potensi masalah untuk dicegah
Skala :
-          Tinggi
-          Cukup
-          Rendah




3
2
1



1
Mengacu pada berat ringannya masalah, jangka waktu terjadinya masalah, tindakan yang akan dilakukan, kelompok resiko tinggi yang bisa dicegah.
4.
Menonjol masalah
Skala:
-          Segera diatasi
-          Tidak segera diatasi 
-          Tidak dirasakan ada masalah


2
1
0




1

Mengacu pada kurang pegetahun keluarga terhadap masalah.
Sumber : Santun Setiawati (2008).
(7) Skoring
Menurut Effendy (1998), system scoring untuk menentukan prioritas masalah sebagai berikut:
(a)      Tentukan skor untuk setiap kriteria
(b)      Skor dibagi dengan angka tertinggi dan dikalikan dengan

                   Skor    
x    bobot
            Angka tertinggi
Jumlahkan skor untuk semua kriteria
(c)       Skor tertinggi adalah 5 dan sama untuk semua bobot
(8)      Berdasarkan masalah yang diangkat oleh peneliti dalam karya tulis ilmiah ini, maka diagnosa keperawatan yang muncul pada keluarga Tn.J khususnya Ny.Ydengan diabetes mellitus adalah Resiko ketidakstabilan kadar gula darah berhubungan ketidak mampuan keluarga mengambil keputusan kesehatan  yang tepat bagi keluaraga

a.      Perencanaan / Intervensi Keperawatan Keluarga
Menurut Association Nursing American (ANA) yang dikutip oleh (Setiawati, 2008). Mendefenisikan intervensi sebagai rencana tindakan perawat untuk kepentingan klien atau keluarga.
Tujuan umum dalam perencanaan intervensi adalah: menurunkan kadar gula darah dengan mengunakan tehnik terapi senam diabetes
b.      Implementasi
Menurut Setiawati (2008), implementasi merupakan aktualisasi dari perencanaan yang telah disusun oleh perawat sebelumnya. Prinsip yang mendasari implementasi keperawatan keluarga antara lain:
1)        Implementasi mengacu pada rencana perawatan yang dibuat.
2)        Implementasi dilakukan dengan tepat memperhatikan prioritas masalah.
3)        Kekuatan-kekuatan keluarga berupa finasial, motivasi, dan sumber-sumber pendukung lainnya jangan diabaikan.
4)        Pendokumentasian implementasi keperawatan keluarga jangan terlupakan dengan menyertakan tanda tangan petugas sebagai bentuk tanggung gugat dan tanggung jawab profesi.
c.       Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap terakhir dalam proses keperawatan keluarga. Evaluasi merupakan tahap terakhir yang menentukan apakah tujuan tercapai sesuai dengan yang ditetapkan dalam tujuan di rencana keperawatan (Setiawati, 2008).
Macam-macam evaluasi:
a.         Evaluasi Struktur
Evaluasi struktur berhubungan erat dengan bahan, tenaga, maupun dana yang diperlukan dalam suatu kegiatan (Setiawati, 2008).
b.        Evaluasi Proses
Evaluasi proses merupakan evaluasi yang dilakukan selama proses kegiatan berlangsung, untuk mencapai kualitas dalam hal penyuluhan kesehatan yang diberikan kepada keluarga dalam upaya mengatasi masalah dalam keluarga (Setiawati, 2008).
c.         Evaluasi Hasil
Evaluasi hasil merupakan hasil akhir dari pemberian asuhan keperawatan (Setiawati, 2008). Evaluasi yang diharapkan pada keluarga dalam upaya mengatasi masalah dalam keluarga.






F.     Hasil Penelitian Terkait Dengan Terapi Senam Diabetes
1.      Hasil penelitian dari Purwanto (2011), yang meneliti tentang dampak senam diabetes terhadap daya tahan tubuh dan penyakit, dari penelitian tersebut didapatkan bahwa adanya perbedaan tingkat daya tahan tubuh terhadap penyakit bisa di lihat dengan menggunakan analisis mean whitney U test yang menunujukan bahwa tingkat daya tahan tubuh terhadap peserta yang mengikuti senam, dan tingkat daya tahan tubuh peserta yang tidak mengikuti senam berbeda secara signifikan.

  DAFTAR PUSTAKA

Ali C.H, 2010 Dasar-Dasar Keperawatan Profesional. Jakarta Widya Medika
Almum.Aziz, 2003. Risek Keperawatan Tehnik Penulisan Ilmiah. Salemba Medika.Jakarta
Arianto Subarsimi, 2005. Manejemen Penelitian . Pt Rineka Cipta. Jakarta
Arif Mansjoe Dkk, 2000, Kapita Selekta Kdokteran Media Aesculapius, Jakarta
Darmono,2007 Ilmu Penyakit Diabetes Melitus Jilid Tiga, Edisi Keempat Fkul Jakarta
Depkes Ri 2015, Indonesia Sehat 2025, Depkes Ri Jakarta
Fox Charles, 2015 Bersahabat Dengan Diabetes Tipe Dua, Penerbit Plus, Jakarta
Giriwijoyo Santosa, 2015, Ilmu Kesehatan Olahraga, Rosda Jakarta
Jhon, Merry, 2011, Dasar-Dasar Senam, Angkasa, Bandung
Kilfert Anne, 2015, Self Your Health Diabetes Melitus, Penerbit Plus, Jakarta
Marylin M. Friedman, 2002, Buku Ajar Keperawatan Keluarga, Egc. Jakarta.Setakan Kelima, 2014
Nanda, 2015, Daignosa Keperawatan Dan Aplikasi Keperawatan, Jakarta
Santun Setiawati, 2001 Asuhan Keprawatan Keluarga, Trans Info Media Jakarta
Sediaoetama D. Achmad, 2010 Ilmu Gizi Diabetes Jilid Satu, Dian Rakyat. Jakarta
Sumarni Andri, 2014, Senam Dan Diabetes, Pustaka Kita, Jakarta
Sunaryo, 2004. Psikologi Untuk Keperawatan . Buku Kedokteran Egc. Jakarta




Tidak ada komentar:

Posting Komentar